Cincangkeling
Lagu kakawihan anak-anak usia 8-12
tahun. Anak-anak menyanyikannya
berulang-ulang makin lama temponya
makin cepat.
Teks lagunya adalah sebagai berikut :
Cingcangkeling manuk cingkleung
cindeten
Plos kakolong Bapa Satar buleneng
Cokcang
Salah satu kakawihan barudak
(nyanyian anak-anak) dilakukan di
halaman atau di beranda rumah. Untuk
menentukan anak berperan sebagai
kucing pada permainan kucing-
kucingan. Anak yang menjadi kucing
adalah anak yang tepat mendapat suku
kata terakhir dari bait lagu tersebut.
Lirik lagunya sebagai berikut :
Cang cang si pencok si kacang
Si niti anggolati
Dog clo
Blo lo nyon
Anak yang tepat pada akhir kata (nyon)
ialah yang menjadi kucing.
Dingding Kiripik
Langkah awal jika anak-anak hendak
bermain kucing-kucingan, untuk
menentukan siapa yang menjadi kucing.
Salah seorang diantara mereka
membeberkan telapak tangan kiri sambil
menumpangkan telunjuk kanannya,
kemudian diikuti oleh telunjuk-telunjuk
kanan anak-anak yang ikut main.
Mereka bersama-sama menyanyikan
lirik :
Dingding kiripik tulang bajing kacapit
Saha nu kacapit jadi ucing?
Tepat ketika mengucapkan ucing telapak
tangan itu dikepalkan, barang siapa
yang telunjuknya terjepit ialah yang
menjadi ucing. Segala permainan ucing-
ucingan bisa diawali oleh "dingding
kiripik", misalnya ucing udag, ucing
peungpeun, ucing kalangkang, dan
sebagainya.
Tuktuk Brung Tuktuk Brak
Permainan dan nyayian anak-anak.
Dilakukan oleh dua kelompok anak-anak
secara bergililran tarik menarik,
dilakukan didepan rumah atau halaman.
Ketika menyayikan "nyed em nyed",
salah satu kelompok menarik kelompok
lain yang diakhiri dengan robohnya
kelompok yang lain.
Berikut adalah syair lagunya :
Tuktuk brung tuktuk brak buntut lutung
panjang rubak
Dicentok-centok barudak barudak salawe
widak
Nyed em nyed em nyed nyed em nyed
Ucang-ucang Angge
Ucang-ucang angge adalah nama lagu
anak-anak. Dengan lagu ini kita
mengajak anak-anak yang masih kecil
bermain. Biasanya dilakukan oleh orang
tua atau kakaknya, seolah-olah anak itu
sedang menunggang kuda.
Permainannya dilakukan dengan cara
seseorang duduk ditempat yang lebih
tinggi, misalnya diatas kursi atau
ranjang dan kedua kakinya tergantung
diatas lantai. Anak kecil itu didudukkan
diatas kedua punggung kakinya,
sedangkan kedua tangannya dipegang
oleh si orangtua atau kakaknya, yang
kanan oleh tangan kiri dan yang kiri
oleh tangan kanan. Lalu kaki digerak-
gerakkan ke atas dan ke bawah. Gerakan
kaki demikian disebut ucang-ucang.
Pada waktu menyanyikan larik terakhir
(ari gog gog cungungung) kedua kaki itu
diangkat tinggi-tinggi.
Ucang-ucang angge dapat juga dilakukan
dengan si orang tua tidur telentang
dengan kedua kaki diangkat ke atas,
kemudian si anak naik dan duduk di
ujung kaki yang terangkat seolah sedang
naik diatas pelana kuda. Muka si anak
dan yang mengangkatnya biasanya
saling berhadapan dengan posisi si anak
diatas, yang menjadi kudanya di bawah,
dan kedua tangan si anak dipegang dari
bawah. Sambil mengayun naik turun
diiringi dengan lagu Ucangn ucang
angge dalam laras salendro surupan 1 =
Barang.
Pada lirik ari gog gog cungungung
gerakan kaki diangkat lebih tinggi,
bahkan waktu diturunkan muka si anak
sengaja didekatkan pada muka yang
mengayunkannya. Biasanya anak-anak
pada bagian ini tertawa riang, demikian
berulang-ulang dilakukan sampai yang
mengayun kecapaian.
Berikut adalah syair lagu Ucang-ucang
Angge :
Ucang-ucang angge mulung muncang
kaparangge
Digogog ku anjing gede anjing gede nu
mang Lebe
Anjing leutik nu Ki Santri ari gog gog
cungungung
Ari gog gog cungungung
Beklen
Salah satu bentuk permainan anak-anak
perempuan pada waktu senggang di
tempat yang keras dan rata, dengan
mempergunakan bola beklen dan biji-
bijinya yang terbuat dari loyang atau
kuwuk sebanyak 10-12 biji. Permainan
ini dilakukan oleh lebih dari satu orang
anak. Untuk anak menentukan siapa
anak yang akan main pertama diadakan
undian dengan cara suten bila hanya
dua anak yang main atau hompimpah
bila lebih dari dua orang atau. Barang
siapa yang menang dialah yang pertama
kali main dan jika pemain pertama itu
lasut (gagal) maka permainan
dilanjutkan oleh pemain kedua, dan
seterusnya.
Cara bermainnya, pertama menaburkan
biji-bijian yang diupayakan supaya
tidak terpencar berjauhan tapi juga tidak
berhimpitan. Kemudia si anak
melambungkan bolanya ke atas. Sewaktu
bola melambung keatas, sianak
mengambil biji-bijin yang terserak
tersebut. Pengambilan biji satu-satu
disebut mihiji, apabila dapat
menyelesaikan mihiji kemudian midua
(mengambil biji dua-dua dan seterusnya
sampai pengambilan semua biji yang
dimainkan sekaligus). Jika biji tidak
terambil, bola tidak tertangkap, atau
gudir (menyentuh biji yang belum
waktunya diambil) maka dinyatakan
lasut dan permainan diganti oleh anak
berikutnya. Barang siapa yang bisa
menyelesaikan permainan dari mihiji
sampai mi terakhir dalam satu kali main
dinyatakan sebagai pemenang.
Congklak
Permainan anak-anak perempuan
dengan alat seperti perahu kecil yang
memilliki 16 lekukan bundar sebagai
tempat 98 biji ataupun kewuk (kulit
kerang) disebut juga congkak, daku atau
dakon. Permainan ini kadang-kadang
dilakukan juga oleh kaum ibu. Badan
congklak terbuat dari kayu yang diberi
16 lekukan bundar. Lekukan kecil terdiri
dari 14 buah yang dijadikan 2 deretan,
masing-masing disebut anak. Kemudian
2 buah lekukan besar disebut indung
(induk) yang terletak di bagian tengah
badan kayu disebelah kiri dari masing-
masing deretan.
Masing-masing lekukan diisi 7 biji
kewuk (kecuali 2 lekukan indung
dikosongkan). Permainan dilakukan oleh
dua orang berhadapan. Masing-masing
mempunyai 7 buah lekukan anak
dengan 1 lekukan indung yang terletak
di sebelah kirinya. Kedua pemain
bersama-sama mengambil kewuk dari
salah satu lekukan anak yang
dimilikinya lalu dibagikan kesetiap
lekukan dan indung (kecuali indung
lawan) secara merata. Jika kewuk
terakhir jatuh pada lekukan yang
kosong, maka si pemain harus berhenti
sebab dianggap mati. Jika mati ditempat
lekukan miliknya dan kebetulan lekukan
dihadapannya (milik musuhnya) berisi
kewuk-kewuk, maka kewuk milik
musuhnya itu menjadi haknya dan
disimpan di indungnya. Kejadian itu
disebut nembak.
Permainan selesai jika semua kewuk
yang semula terdapat dilekukan anak,
pindah kelekukan indung masing-
masing. Yang mendapat kewuk lebih
banyak menjadi pemenang. Jika
permainan akan diteruskan, maka
kewuk itu dibagi-bagikan lagi pada
lekukan-lekukan anaknya masing-
masisng. Yang jumlah kewuknya kurang,
harus menutup lekukan yang tidak
kebagian kewuk yang dianggap pecak
(buta). Yang menang mendapat giliran
pertama untuk membagikan kewuk.
Lekukan yang pecak harus dilewati
(tidak diisi). Permainan selesai jika salah
seorang tidak sanggup lagi meneruskan
permainan karena kewuknya kurang
dari 7 (untung mengisi satu lekukan
anak).
Gatrik
Permainan gatrik ini juga disebut tokle.
Permainan anak-anak ini caranya
dengan mempergunakan dua batang
ranting kayu atau rotan, satu panjang
dan satu pendek. Kayu atau rotan
pendek berukuran 10-12,5 cm, dan yang
panjang 30-37,5 cm, biasanya diameter
1-2 cm. Perlengkapan lain adalah 2 buah
bata yang yang dipasang berpasangan
dengan jarak antra 7-10 cm, tempat
menaruh keratan bambu pendek jika
hendak main.
Permainan dimulai setelah dilakukan
suten. Yang menang meletakkan bambu
pendek diatas bata, mencungkilnya
dengan bambu panjang, agar terlempar
sejauh-jauhnya. Yang kalah berusaha
menangkap bambu pendek itu. Jika
berhasil menangkapnya, ia memperoleh
nilai 10. Jika tidak, ia harus
melemparkan bambu pendek itu kearah
sepasang bata itu, bila bata itu tersenggol
oleh bambu itu maka ia menjadi
pemain.
Musuhnya menjadi penjaga. Jika tidak
terjadi penggantian pemain, si pemain
melemparkan bambu pendek yang harus
dipukul sekeras-kerasnya dengan bambu
panjang agar jatuh sejauh mungkin. Jika
tertangkap, si penjaga memperoleh
angka 25. Apabila tidak tertangkap si
penjaga harus melemparkannya ke arah
bata. Kalau lemparan bisa masuk celah
bata itu ia dapat nilai lagi 10. Jika si
pemain berhasil memukul balik bambu
pendek itu sebelum jatuh ke tanah, maka
si pemain mendapat nilai sejumlah
hitungan jarak dari bata ke tempat
jatuhnya bambu yang diukur dengan
bambu panjang. Misalnya saja jauhnya
50 kali dari panjang bambu, berarti ia
mendapat nilai 50.
Permainan dilanjutkan dengan gatok
lele, yaitu si pemain mencungkil dan
memukul bambu pendek dengan bambu
panjang agar jatuh sejauh mungkin. Jika
si penjaga bisa menangkapnya ia
memperoleh nilai 25. Jika tidak maka si
pemain berhak mengumpulkan nilai
dengan mengukur jarak jatuhnya
bambu. Jika sebelum dipukul jauh,
bambu itu dipukul pelan dulu beberapa
kali, asal tidak jatuh ke tanah, maka
hitungan pendapatan si pemain jadi
berlipat. Jika dipukul dua kali, lipat dua;
kalau tiga kali lipat tiga; dan seterusnya.
Sebab itu gatok lele merupakan
kesempatan meraup angka bagi si
pemain. Jumlah angka ini sudah
ditetapkan batasnya, 200 atau 250. Jika
batas itu telah tercapai, maka
permainan selesai. Yang paling dulu
mencapai angka itu keluar sebagai
pemenang.
Hahayaman
Permainan anak-anak, menggambarkan
seekor ayam yang dikejar oleh seekor
musang dengan penjaga kandang dalam
bentuk lingkaran. Penentuan anak yang
menjadi ayam dan musang dilakukan
dengan diundi. Anak-anak lain
berpegangan untuk membentuk
lingkaran sebagai penjaga kandang.
Ayam berupaya jangan sampai
tertangkap oleh musang. Musang
sebaliknya terus mengejar mau
menerkam ayam. Anak-anak lain yang
menjadi penjaga kandang berusaha
sekuat tenaga agar jangan sampai jebol
oleh musang.
Apabila musang dapat menjebolnya
ayam berusaha cepat keluar dan
sebaliknya. Permainan selesai jika ayam
tertangkap oleh musang atau musang
merasa lelah karena tidak dapat
menangkap ayam. Jika ayam tertangkap
maka musang dianggap menang.
Sebaliknya jika ayam tidak dapat
tertangkap, maka ayam dinyatakan
sebagai pemenang. Permainan ini biasa
dilakukan baik pada siang hari maupun
malam hari ketika terang bulan, di
halaman rumah.
Kobak
Permainan anak-anak yang
mempergunakan uang logam (benggol)
atau benda bulat lainnya. Pemain terdiri
dari anak-anak usia 7-12 tahun dengan
jumlah pemain 2-5 orang. Sebelum
bermain mereka terlebih dahulu
membuat kobak (lubang) dangkal dan
membuat garis pelemparan yang
berjarak antara 3-5 meter dari lubang,
kemudian mengadakan undian untuk
menentukan siapa yang akan bermain
terlebih dahulu. Caranya cukup dengan
melemparkan benggol atau gundu
kearah lubang. Anak yang dapat
memasukkan uang ke lubang dialah
yang pertama bermain. Kalau tidak ada
yang dapat memasukkan uang ke lubang,
maka dipilih benggol yang paling dekat
ke lubang jika ada dua orang atau lebih
yang berhasil memasukkan, maka diundi
lagi dengan cara yang sama.
Cara bermainnya, bagi anak yang
mendapat giliran, berusaha untuk
memasukkan uang logam lawan-
lawannya ke dalam lubang. Apabila
uang itu masuk, dialah pemenangnya
dan benggol atau gundu milik musuhnya
harus ditebus oleh uang atau benda
lainnya sesuai dengan perjanjian. Tapi
bila gagal memasukkannya, ia
digantikan oleh pemain berikutnya.
Para penonton biasanya terdiri dari
orang dewasa dan anak-anak yang
menjadi penggembira serta para pemain
kobak lainnya. Dengan adanya
penggembira pemain lebih bersemangat.
Dalam perkembangan selanjutnya, anak-
anak main kobak bukan dengan taruhan
uang tetapi memakai karet gelang.